Indonesia Resmi Meluncurkan Perdagangan Karbon Internasional

Indonesia meresmikan perdagangan karbon internasional dengan penuh semangat! Peluncuran yang berlangsung di Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta pada Senin lalu menandai langkah penting dalam upaya mencapai target iklim nasional. Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq menyampaikan bahwa tindakan ini adalah bagian dari komitmen nyata untuk mencapai target iklim Indonesia yang tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC).

“Pemerintah Indonesia sedang giat berusaha mencapai target NDC, dan salah satu caranya adalah melalui implementasi mekanisme nilai ekonomi karbon, termasuk perdagangan karbon,” ujar Menteri LH/Kepala BPLH Hanif dengan semangat. Selain perdagangan karbon, Indonesia juga mendukung upaya pendanaan iklim dengan pembayaran berbasis kinerja yang telah dilakukan dengan beberapa pihak, sesuai dengan perkembangan teknologi.

Hanif memastikan bahwa perdagangan karbon internasional ini akan dilakukan sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca dalam Pembangunan Nasional. Pemerintah juga telah memperkuat Sistem Registri Nasional (SRN) sebagai bagian dari peluncuran perdagangan karbon internasional, serta infrastruktur dan instrumen lain seperti Standar Pengukuran, Pelaporan, dan Verifikasi (MRV) serta Sertifikat Pengurangan Emisi – Gas Rumah Kaca (SPE-GRK).

“Dengan semua elemen ini, sertifikat pengurangan emisi yang dikeluarkan Indonesia dapat dipastikan memiliki integritas yang tinggi,” tambah Menteri LH dengan keyakinan. Perdagangan karbon ini akan melibatkan beberapa proyek energi strategis potensial, seperti pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air Minihidro (PLTM) Gunung Wugul yang dapat mengurangi 5.000 ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e).

Selain itu, perdagangan karbon internasional juga akan melibatkan pengoperasian Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Priok Blok 4 yang diperkirakan dapat mengurangi emisi hingga 500.000 ton CO2e, konversi pembangkit single cycle menjadi combined cycle di PLTGU Grati Blok 2 yang berpotensi menurunkan emisi sebanyak 495.000 ton CO2e, dan Blok 2 unit pembangkit di Muara Tawar yang berpotensi dapat menekan hingga 30.000 ton CO2e.

Tak hanya itu, terdapat juga potensi pengurangan emisi dari pembangunan Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Blok 3 PJB Muara Karang, yang diperkirakan mampu mengurangi emisi hingga 750.000 ton CO2e. Semua ini merupakan langkah penting dalam upaya Indonesia untuk berkontribusi dalam mengatasi perubahan iklim global.

Dengan semangat yang tinggi dan komitmen yang kuat, Indonesia siap untuk memasuki dunia perdagangan karbon internasional dengan harapan dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan iklim global. Ayo bersama-sama dukung langkah-langkah positif ini demi masa depan bumi yang lebih baik!

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *