Mengapa Indonesia Disebut Sebagai Golden Places untuk Penangkapan Karbon?

Menurut United States Geological Survey (USGS), Indonesia disebut sebagai tempat emas untuk proyek Penyimpanan Karbon (CCS). Menyikapi hal ini, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Muhammad Wafid, menyatakan bahwa pernyataan USGS merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk turut serta dalam upaya mengatasi perubahan iklim dengan menangkap dan memisahkan gas CO2 untuk disimpan di dalam lapisan batuan di bawah permukaan.

Wafid menjelaskan bahwa Teknologi CCS bukanlah hal baru dan konsepnya mirip dengan kegiatan hulu minyak dan gas bumi. Diperlukan batuan reservoar baik berupa migas atau akuifer salin sebagai tempat penyimpanan CO2, serta batuan penutup yang dapat memerangkap gas CO2 yang telah diinjeksikan agar tidak berpindah atau bermigrasi. Oleh karena itu, pemerintah telah mengeluarkan regulasi tentang CCS/CCUS pada kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 2 Tahun 2023, memberikan kesempatan bagi para kontraktor dan pemangku kepentingan untuk menerapkan teknologi CCS/CCUS di Indonesia.

Badan Geologi telah berperan penting dalam eksplorasi formasi batuan sebagai batuan reservoar migas. Sekarang, Badan Geologi dihadapkan pada tantangan baru untuk menemukan dan mendata formasi batuan potensial untuk menyimpan karbon. Mereka sedang melakukan inventarisasi untuk menghitung potensi Penyimpanan Karbon di Indonesia, terutama di cekungan-cekungan sedimen frontier yang belum memiliki aktivitas hulu minyak dan gas bumi yang signifikan.

Pengambilan data lapangan secara sistematis telah dilakukan di Pulau Jawa tahun lalu, kemudian di Pulau Sumatera tahun ini, dan akan dilanjutkan ke wilayah lain di Indonesia. Tujuannya adalah untuk melengkapi data terkait potensi CCS di Indonesia yang akan ditampilkan dalam Atlas Potensi CCS Indonesia. Menurut Kepala Badan Geologi, Penyelidik Bumi Pusat Survei Geologi, Andy Setyo Wibowo, CCS pada formasi geologi bawah tanah permukaan bukan satu-satunya cara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di Indonesia, namun bisa menjadi alternatif terbaik dari segi kapasitas, keamanan, biaya, dan waktu.

Andy menegaskan bahwa Teknologi CCS bukan hal baru di Indonesia dan sangat mungkin untuk segera melaksanakan implementasi CCS pada formasi geologi bawah permukaan dan cekungan sedimen Indonesia yang belum berproduksi, memiliki potensi besar sebagai sumber daya geologi penyimpanan karbon/CCS.

Dengan adanya peluang besar ini, Indonesia memiliki kesempatan untuk berkontribusi secara signifikan dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim melalui Penyimpanan Karbon. Diharapkan, implementasi teknologi CCS di Indonesia dapat dilakukan dengan sukses dan memberikan dampak positif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca serta menjaga lingkungan untuk generasi mendatang.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *