BNI Finance Fokus Perkuat Digitalisasi, Bidik Pertumbuhan Pembiayaan 20%
PT BNI Multifinance (BNI Finance) akan fokus pada penguatan digitalisasi dalam aspek pemasaran, kredit, dan koleksi pada tahun 2025. Langkah ini diambil setelah perusahaan melakukan ekspansi besar pada tahun 2024 dengan menambahkan 22 kantor pemasaran baru, sehingga totalnya sekarang memiliki 52 jaringan pemasaran. Direktur Bisnis BNI Finance, Albertus Hendi, menyatakan bahwa digitalisasi menjadi salah satu strategi utama perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memberikan layanan yang lebih cepat kepada nasabah. “Ya, baik untuk pemasaran, kredit, dan koleksi akan diperkuat melalui digitalisasi, sedang berlangsung,” kata Albertus kepada Bisnis pada Minggu (2/1/2025).
Meskipun digitalisasi semakin diperkuat, BNI Finance tetap mempertahankan peran jaringan pemasaran fisik karena bisnis perusahaan masih bergantung pada kerja sama dengan dealer kendaraan. “Cabang atau jaringan pemasaran tetap diperlukan bagi perusahaan pembiayaan, di mana bisnis diperoleh dari rekanan dealer, sehingga harus ada jaringan pemasaran yang dekat dengan dealer, baik mobil baru maupun mobil bekas,” jelasnya. Sejalan dengan optimalisasi jaringan pemasaran dan digitalisasi, BNI Finance menargetkan penyaluran pembiayaan sebesar Rp6,25 triliun pada tahun 2025. Angka ini meningkat 20,19% dari pencapaian tahun sebelumnya yang mencapai Rp5,2 triliun.
Albertus juga mengungkapkan bahwa pembiayaan kendaraan baru masih mendominasi portofolio perusahaan, dengan kontribusi mencapai 80% dari total penyaluran pembiayaan pada tahun 2024. Sebagai perbandingan, pada tahun 2023, BNI Finance mencatatkan penyaluran pembiayaan sebesar Rp3,2 triliun. Artinya, perusahaan berhasil meningkatkan pembiayaan sebesar Rp2 triliun pada tahun 2024 melalui ekspansi jaringan dan kerja sama strategis. Selain mengandalkan digitalisasi, BNI Finance juga akan memperkuat sinergi dengan induk usahanya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), untuk meningkatkan pembiayaan baik di segmen ritel maupun korporasi.
“BNI Finance akan memperkuat kerja sama dengan Bank BNI untuk menggarap bisnis captive, baik ritel maupun korporasi dari nasabah dan debitur BNI,” ujar Albertus. Dari sisi industri, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelumnya mencatat piutang perusahaan pembiayaan mencapai Rp501,37 triliun per November 2024. Angka tersebut naik 7,27% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Namun demikian, angka tersebut sedikit melambat apabila dibandingkan dengan kinerja piutang pembiayaan per Oktober 2024 yang mencapai Rp501,89 triliun.
Dari sisi kredit bermasalah, tingkat non performing financing (NPF) perusahaan mengalami sedikit peningkatan per November 2024. Adapun, rasio NPF gross perusahaan pembiayaan mencapai 2,71% per November 2024. Angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan 2,60% per Oktober 2024. Namun demikian, angka tersebut masih jauh dari batas yang ditetapkan OJK yakni 5%.